Header Ads

Pernah Ketemu Bubur Ayam Cirebon di Banjarmasin? Kok Jarang Ya? Padahal Enak Banget!

Terasa ada kesan manis sekaligus gurih pada bubur ayam yang satu ini. Sungguh sangat berbeda dengan bubur khas Banjar yang cenderung lebih encer dan lebih gurih asin. Sekali cicip, apalagi dicampur pur pur purrrr dengan sambal pedasnya, beuuuuh bisa-bisa nanti kamu bakal balik lagi buat makan di sini. Inilah bubur ayam khas Cirebon. 

THE BANJARMASINER | Menceritakan yang Jarang Diceritakan dari Banjarmasin

Tulisan ini masih "oleh-oleh" dari perjalanan The Banjarmasiner ke Semarang beberapa waktu lalu, bertepatan dengan momentum 17 Agustusan. Selama di Semarang, kami mencicipi bubur yang tidak pernah kami temui di Banjarmasin. Bahkan rasa-rasanya di Kalimantan Selatan, belum pernah kami menemui bubur satu ini. 

KHAS CIREBON - Gurih, manis, asin, dan wangi sedap.

Bahkan saat mencoba memeriksanya ke aplikasi Go Food, tidak juga kami temukan bubur ayam cirebon ini. Udara sejuk pagi di Jalan Kelud Raya kawasan Bendan Ngisor Semarang waktu itu lumayan membuat perut keroncongan. Menempuh jarak setengah kilometer dengan berjalan kaki, kamipun singgah di sebuah toko kecil dengan gerobak etalase kaca bertuliskan "Bubur Ayam Cirebon"

Tersedia sekitar empat meja di dalam toko yang berukuran sekitar 3x4 meter itu. Sambal, kecap asin, manis dan topping telur puyuh, kulit ayam berjejer di atasnya. Setelah memesan bubur komplit, beberapa menit berikutnya, semangkuk bubur ayam panas terhidang di atas meja. Benar-benar menggugah selera makan. Sekilas aroma lada menyusup ke dalam hidung bercampur dengan wanginya daun bawang dan bawang goreng.

Ayam suwirnya melimpah dengan campuran telur rebus yang sudah diiris-iris. Bagi aku yang merupakan tim bubur diaduk, ritual mengaduk bubur jadi hal pertama yang aku lakukan. Setelah lumayan tercampur, panasnya bubur, rasa gurih rempah, manis kecap (sepertinya kecapnya enggak biasa, karena ada sedikit hint karamel, malah lebih mirip saos gula aren) pedas lada dan krenyesnya kacang kedelai bercampur dan ramai di lidah. 

Rasanya itu gurih tapi juga agak manis, jadi tidak gurih dan asin banget. Memang agak mirip bubur ayam bandung, tapi beda. Kalau bubur ayam satu ini tidak berkuah banyak seperti bubur ayam bandung. Sehingga kalau dirasa-rasa, pada bahan dasar buburnya saja mungkin sudah berbumbu gurih.

Apa bedanya dengan bubur sop Banjar? Nah perbedaan kentaranya ada pada tekstur bubur. Kalau bubur Banjar kebanyakan lebih encer dan lebih nyaman ditelan. Selain itu rasa buburnya juga mirip dengan bumbu sup, sehingga seperti menyantap sup ayam, namun tidak pakai nasi, tapi bubur. Lebih gurih dan nampol bumbunya.

Kalau bubur ayam Cirebon, tekstur buburnya lebih kental, namun tidak sekental bubur ayam bandung. Itu yang aku rasakan ya, enggak tau kalau di daerah aslinya di Cirebon sana, apakah sama dengan yang ada di Semarang? Enggak tau.

Soal rasa, yang jelas beda jauh sih. Tidak bisa dikatakan bubur mana paling enak, karena tergantung selera. Kalau seleraku sih, tergantung cuaca. Kalau cuaca dingin banget, lebih sedap menyantap bubur Banjar yang lebih encer dan panas! Buburnya kayak lebih bisa diseruput gitu lho. Ada tambahan wortel dan daun supnya juga semakin menambah nikmat. Apalagi cuaca lagi dingin-dinginnya, ditambah sambel dan perasan jeruk kuit. Hmmmmmm....

Nah kalau cuaca sedang, ya memang bubur Cirebon kayaknya lebih mantap, enggak terlalu panas, tapi rasanya sangat meriah. Ada manis, asin gurih dan hangat ladanya. Aroma daun bawangnya wangi dan taburan ayamnya juga bikin kenyang dan menyenangkan.

Menariknya, toko kecil bubur ayam Cirebon ini ramai sedari pagi banget. Letaknya di jalan cukup besar yang memamg mendukung sih . Ada saja orang yang mampir, entah itu pekerja kantoran yang buru-buru sarapan atau keluarga kecil yang santai mengisi pagi. 

Suasana hangatnya bikin betah, apalagi dengan obrolan ringan antar pelanggan yang terdengar akrab. Rasanya seakan-akan bubur ini juga jadi alasan untuk berhenti sejenak sebelum beraktivitas.

Yang bikin aku makin terkesan, di setiap sendokannya selalu ada kejutan sih. Kadang ketemu suwiran ayam yang empuk banget, kadang kena kriuk kacang kedelai, kadang juga dapet rasa gurih pedas dari sambalnya. Kombinasinya tuh enggak monoton. Malah bikin penasaran buat terus mengaduk, biar semua rasa benar-benar menyatu.

Di tengah suapan itu, aku sempat kepikiran: kalau bubur ayam Cirebon ini ada di Banjarmasin, mungkin bakal jadi alternatif sarapan baru selain lontong sayur atau soto Banjar. Bayangkan aja, pagi-pagi dingin habis hujan, terus semangkuk bubur Cirebon panas mengepul ada di depan mata. Wah, bisa jadi favorit juga tuh. Bahkan bisa jadi ide bisnis juga kan? ¹

Begitu selesai, rasa hangatnya masih menempel. Perut kenyang, hati juga senang. Kadang memang makanan sederhana begini yang bikin perjalanan terasa lebih hidup. Bubur ayam Cirebon ini, meski disantap bukan di Cirebonnya (hahaha) buatku, jadi salah satu oleh-oleh rasa yang paling berkesan dari Semarang.

(The Banjarmasiner)

close
pop up banner