Header Ads

Berburu Foto di Hutan Mini Ber-AC dan Ber-Netflix ala Bangkal Forest Banjarbaru

Kami pernah punya pengalaman yang cukup unik, agak aneh tapi juga bikin ketawa di tempat ini: Bangkal Forest. Ceritanya nanti akan kami bagi di tulisan ini, supaya Banjarmasiners bisa ikut membayangkan suasananya saat itu.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, kami kembali lagi ke sini. Artinya, tempat ini memang punya daya tarik yang bikin kami ingin datang lagi. Suasananya masih seperti dulu: pepohonan rimbun menjatuhkan daun-daun kering, monyet liar sesekali muncul, bergelantungan dan menimbulkan suara gedebak-gedebuk ringan di atas atap.

Ilustrasi oleh The Banjarmasiner
Ada juga si kucing yang hobi mengincar makanan dan dengan sigap melahap apa pun yang kami tinggal di luar. Yang terasa berbeda, mungkin hanya suara lebah atau apalah itu, yang biasanya ramai "berkeriang-keriung" di sekitar atap, kini entah ke mana. Tapi tenang saja, fasilitas seperti AC dan TV masih lengkap, bisa nonton YouTube atau Netflix dengan nyaman.

RUMAH KACA - Bagian bawahnya ada ayunan.
Mas-mas dan mbak-mbak yang mengelola tempat ini masih sama seperti dulu. Tetap ramah, tetap menjalankan tugas sesuai SOP dengan senyum yang tidak dibuat-buat. Baru kali ini kami benar-benar sadar: Bangkal Forest terlihat bersih dan tertata bukan karena alam semata, tapi karena ada tangan-tangan yang setiap hari merawatnya.

Bayangkan saja, entah sudah berapa juta daun kering yang disapu dan dibersihkan dari sekitar area ini. "Seminggu ini baru sekali hujan, jadi memang cukup kering," ujar seorang mas bertopi, mungkin usianya sekitar empat puluhan, sambil menyapa kami dengan ramah.

"Kalau di Banjarmasin sih udah sering hujan, Pak," jawabku, sambil memutar ide mencari topik obrolan yang bisa sedikit lebih hidup. Bukan karena tak suka basa-basi, tapi kadang ngobrol dengan orang baru itu bisa menyenangkan, kalau nemu frekuensinya. Jadi, ya, kuusahakan tetap ada percakapan yang menyambung, walau sederhana.


Malam harinya, kami memilih yang praktis saja: ayam lalapan hangat dan sebotol air mineral. Harganya Rp35.000 per porsi. Sederhana tapi pas dinikmati di tengah udara sejuk dan suasana hutan yang makin tenang menjelang malam.

Kalau kamu lebih suka memasak sendiri, di sini juga diperbolehkan. Boleh membawa makanan dari luar, bahkan kalau mau masak pakai kompor portable atau bikin api unggun, juga dipersilakan. Tapi ada satu batasan yang cukup tegas: pengunjung tidak boleh membawa peralatan elektronik berdaya tinggi dari luar semacam rice cooker, kulkas, microwave, apalagi mesin espresso. Hahaha. 

Lagipula agak absurd juga, ya, menikmati suasana rimbun ala hutan mini tapi masih repot bawa perlengkapan dapur rumah lengkap. Rasanya seperti piknik yang belum rela lepas dari colokan listrik.

Tapi jangan khawatir soal kenyamanan. Bangkal Forest ini ternyata fasilitasnya cukup lengkap untuk ukuran tempat yang mengusung suasana alam terbuka. 

Pilihan tempat menginapnya pun beragam mulai dari Rumah Kupu yang bisa menampung lima orang, Rumah Kerang untuk empat orang, sampai kamar kaca yang cocok untuk pasangan atau solo traveler. Semua penginapan sudah dilengkapi AC, kasur bersih, kamar mandi dalam, Wi-Fi, bahkan TV dengan akses Netflix dan YouTube. Jadi meski dikelilingi pepohonan, kamu tetap bisa nonton film sebelum tidur.

Untuk yang datang hanya sekadar piknik harian, tempat ini juga ramah banget. Tiket masuknya terjangkau Rp20.000 untuk dewasa dan Rp10.000 untuk anak-anak. Pengunjung bisa menikmati fasilitas umum seperti kolam renang yang bersih dan teduh (ada kolam dangkal untuk anak-anak juga), gazebo dan pendopo luas untuk duduk santai atau kumpul keluarga, area BBQ, hingga taman bermain anak. Musholla, toilet, ruang ganti, serta parkiran juga tersedia dan cukup terawat. Satu catatan kecil: karena area ini cukup lembap dan rimbun, membawa lotion anti-nyamuk adalah keputusan bijak.

Semua hal kecil ini, mulai dari ayam lalapan hangat, larangan membawa kulkas, hingga kolam renang yang dikelilingi pepohonan membuat Bangkal Forest terasa seperti tempat yang tahu betul cara menyeimbangkan kenyamanan dan kesederhanaan. 

Suasana hutan, tapi tidak liar. Fasilitas modern, tapi tidak berlebihan. Dan di antara itu semua, kita bisa memilih: mau duduk diam mendengarkan daun-daun jatuh, atau ngobrol ringan sambil menyeruput kopi dari termos, bukan mesin espresso.


Kami gak tau apa nama buah ini ya. Kalau kamu tau bisa kasih komen di kolom komentar tulisan ini ya.

KREATIF JUGA YA - Memanfaatkan kaleng bekas.


Dulu, kami pernah mengalami satu pengalaman yang agak aneh tapi justru jadi cerita seru di Bangkal Forest ini. Waktu itu bertepatan dengan libur panjang, tapi berbarengan juga dengan sebuah acara keagamaan besar yang menyedot jutaan jemaah ke Banjarbaru dan Martapura. Hasilnya? Tidak ada satu pun tamu lain yang menginap di hutan mini ini selain kami. Betul-betul hanya kami.

Hahaha. Di satu sisi, kami senang juga. Dalam hati sempat berpikir: wah, asyik juga ya… serasa punya hutan pribadi. Tapi di sisi lain, muncul juga perasaan yang agak merinding: serem juga gak sih kalau tempat ini benar-benar sepi total? Semua rumah penginapan kosong. Tidak ada api unggun, tidak ada suara obrolan. Hanya ada suara kami sendiri dan gesekan angin di pepohonan.

Malam pun tiba. Salah satu anggota keluarga mulai gelisah, mungkin karena suasananya terlalu senyap. Ia sempat bilang ingin pulang saja malam itu juga. Tapi akhirnya, keinginan itu hanya jadi wacana. Kami tetap tinggal, memilih untuk menikmati momen yang ada, dan syukurnya, malam itu tetap berakhir dengan tawa dan cerita-cerita santai di teras.

Oh iya, ada satu hal yang harus dicatat saat memesan kamar: wajib pasangan syariah.

Maksudnya bukan hanya untuk pemeluk agama Islam, tapi berlaku juga untuk semua pengunjung. Baik Muslim maupun non-Muslim, selama kamu adalah pasangan suami-istri sah menurut agama masing-masing, kamu diperbolehkan menginap. Jadi bukan soal diskriminasi, tapi bagian dari aturan dan etika pengelolaan tempat ini yang menurut kami cukup adil dan transparan sejak awal.

Kalau kolam renangnya dibersihin lagi bakal oke sih.


Ya elah si kucing "bolobolo" santai banget di atas keset. Pagi-pagi dah 
nongkrong aja depan pintu.


Ini bukti bahwa beneran pakai AC ya. Bukan kipas angin doang.

Bisa sewa tenda juga.

BONUS- Suara ayam berkokok di pagi hari.
Begitulah pengalaman kami di sini, dan ini beberapa hasil perburuan foto kami di tempat ini. Banjarmasiners, bisa mendapat gambaran dari tempat ini dari foto yang kami bagikan ya.

Ini daun dari pohon kopi robusta, ada juga di sini ternyata.
KONGKOW - Tempat diskusi abang-abang skena.
BERENANG - Dalam hutan ada kolam renang bro.
NETFLIX - Kalau mager keluar, nonton aja.
Kalau kamu suka tulisan ini, jangan lupa follow The Banjarmasiner di Instagram @thebanjarmasiner ya. Terima kasih sudah membaca sejauh ini.


Sebagai tambahan informasi, inilah menu sarapan kita waktu ke sini. Nasi kuning khas Banjar dengan saus cabai merah (gak pedes ya) manis gurih dan taburan bawang goreng plus satu teko teh manis hangat. 

Jangan lupa catat alamat lengkapnya jika kamu mau mampir atau menginap, Jalan H Mistar Cokrokusumo, Bangkal, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70732. (esw/tbm)


close
pop up banner