Header Ads

Kenapa Saya Selalu Pilih Tori Baitan Porsi Kids di Marugame Udon Banjarmasin?

Mengisi akhir pekan, kami memutuskan untuk bersantap siang di Marugame Udon Duta Mall Banjarmasin. Sesampainya di sana, saya sudah tahu apa yang akan saya pesan, bahkan sebelum melihat menu: Tori Baitan Udon. Tapi bukan yang reguler. Saya hampir selalu pesan porsi kids.

MARUGAME UDON - Berada di Duta Mall Banjarmasin.

Bukan karena pelit, bukan juga karena sedang diet. Tapi karena itu porsi yang pas banget menurut saya. Mangkuknya kecil, ringan, dan rasanya pas di perut. Lagipula, biasanya saya bakal nambah chicken katsu dan satu atau dua gorengan yang mirip bala-bala Jepang (saya lupa namanya), tapi rasanya renyah, gurih, dan selalu berhasil bikin suasana makan jadi tambah seru.

Kuah Tori Baitan ini selalu punya sihirnya sendiri. Bening tapi pekat, gurihnya halus tanpa lebay. Setiap sesapan bikin tenggorokan hangat dan hati ikut tenang. Mienya lembut, licin, tapi tetap kenyal dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari mie biasa, seperti pita yang melambai pelan saat diangkat sumpit.

Saya suka duduk agak di dekat dapur mereka meracik Udon, dari situ bisa lihat dapur terbuka di balik kaca. Para koki bekerja cepat dan rapi, tapi tetap tampak tenang, seperti sedang menulis puisi dalam bentuk kaldu. Di sekitar, banyak juga keluarga muda yang makan bersama anak-anak mereka.

Kadang saya tersenyum sendiri, karena mungkin saya satu-satunya orang dewasa yang dengan bangga memesan menu bertuliskan “kids”.

Istri saya sempat nyeletuk,
“Ayah, kenapa nggak pesan yang besar aja?”
Saya jawab santai,
“Ini bakal penuh dan ditambah chiken katsu lagi,” sambil nyengir. Ya padahal, karena biar habis aja. Karena biasanya porsi normal agak bikin kekenyangan.

Hahaha. Tapi memang benar. Porsi kids itu bukan sekadar soal ukuran, tapi soal ritme. Makan secukupnya, menikmati perlahan, dan tetap punya ruang untuk senang di akhir suapan.

Begitu mie di mangkuk habis, biasanya tersisa sedikit kuah yang masih hangat. Di situ kadang saya celupin potongan terakhir chicken katsu. Emmmmm renyah yang kini lembek sedikit, tapi justru itu bagian terenaknya.

Sambil meneguk air mineral, saya jadi mikir, kadang kebahagiaan sederhana itu datang dari hal-hal kecil yang tidak kita ubah, seperti tetap memesan porsi kids di usia yang sudah bukan kids lagi. Mungkin karena di setiap mangkuk kecil itu, ada rasa pas yang jarang kita temui di hidup yang sering kebanyakan bumbu kali ya.

Sedikit Cerita Tentang Marugame Udon

Buat yang belum tahu, Marugame Udon bukan sekadar restoran cepat saji yang menjual mie kuah. Ia lahir dari tradisi panjang udon bergaya Sanuki, jenis udon khas Prefektur Kagawa, Jepang, yang dikenal dengan teksturnya yang kenyal dan kuahnya yang ringan tapi beraroma kuat.

Restoran pertamanya berdiri pada tahun 2000-an di kota Kakogawa, Prefektur Hyōgo, Jepang. Dari sana, satu mangkuk udon yang dibuat dengan tangan di dapur kecil berkembang jadi jaringan internasional besar.

Ciri khas mereka adalah dapur terbuka, di mana pelanggan bisa melihat langsung proses pembuatan udon. Mulai dari adonan tepung yang diuleni, digiling, dipotong, hingga direbus di air mendidih. Semuanya dilakukan di tempat, setiap hari. Itulah yang membuat udon Marugame terasa segar, bertekstur lembut tapi tetap punya gigitan.

Sekitar tahun 2010-an, Marugame mulai ekspansi ke luar Jepang. Salah satu cabang luar negeri pertamanya ada di Hawaii. Setelah itu, mereka melangkah ke berbagai negara Asia. Di Indonesia, Marugame Udon hadir pertama kali pada 2013 di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat.

Kini, gerainya sudah tersebar di berbagai kota besar, Jakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Makassar, hingga Banjarmasin dengan konsep yang konsisten: suasana dapur terbuka, topping gorengan renyah, dan udon yang selalu baru direbus.

Mungkin itu sebabnya, setiap kali aku duduk di sana dan menatap uap panas dari mangkuk kecilku, aku merasa sedang menikmati tradisi yang lahir jauh di negeri lain, tapi bisa hadir hangat di tengah hiruk-pikuk mall di Banjarmasin. Memang sih, tidak sepekat dan seberempah kuah Soto Banjar, tapi ini sudah pas menurut saya.

close
pop up banner