Header Ads

Pengalaman Bersantap di Waroeng Bandjar, Masakan Banjar yang Dibalut Ruang Kekinian

Menyantap Soto Banjar di warung pinggir sungai bagi warga asli Banjarmasin ya memang sudah biasa. Tapi menyantapnya di ruangan full AC dan bergaya modern, ini baru lumayan enggak biasa. Hehehe.

Banjarmasin memang tak pernah kehabisan cerita soal kuliner khas Banjar. Di tengah hiruk-pikuk kota, ada satu tempat yang mencoba meramu cita rasa tradisi dengan kenyamanan masa kini: Waroeng Bandjar.

TheBanjarmasiner.com | Menceritakan yang Jarang Diceritakan dari Banjarmasin

Tahun ini mereka buka cabang di Jalan Cendana, Kelurahan Sungai Miai, Banjarmasin Utara. Beberapa waktu lalu, aku mengajak keluarga makan bersama di rumah makan satu ini. Kira-kira seperti ini kisah yang bisa aku bagikan.

KEKINIAN - Suasana warung yang modern.

Lokasinya cukup strategis, searah dengan Universitas Lambung Mangkurat. Belok sedikit ke arah Rumah Makan Bunda Flamboyan di Jalan Cendana. Meski berada di jalan yang agak kecil, tempat ini mudah ditemukan dan tetap nyaman untuk disinggahi. Untuk parkirnya juga lumayan nyaman, space parkir cukup luas, cukup untuk enam mobil sepertinya.

Begitu sampai, suasana berbeda langsung terasa. Bukan seperti rumah makan Banjar kebanyakan yang identik dengan warung sederhana, di sini pengunjung disambut ruangan full AC, arsitektur modern, toilet bersih, dan bahkan tersedia ruang VIP yang bisa dipakai untuk rapat atau acara kecil. Jujur, aku agak heran melihat bagian plafon rumah makan ini, lebih mirip kafe kekinian sih. Wahahaha. Asik juga.

VARIATIF - Sedia beragam wadai khas Banjar.

Menu yang ditawarkan juga memanjakan lidah. Ada Soto Banjar dengan kuah gurih yang hangat, nasi sop Banjar, hingga nasi masak habang iwak kepala haruan yang jadi ikon kuliner Banjar sehari-hari. Tak ketinggalan aneka wadai khas Banjar seperti kalalapon, gagicak, laksa, kokoleh, dan deretan kue tradisional lain yang membuat etalase camilan di sana terasa “Banjar banget.”

Saat berkunjung ke cabang Jalan Cendana ini, saya pribadi merasa tempat ini punya nilai lebih. Kebersihan ruangan terjaga, meja dan alat makan tertata rapi, dan piring serta mangkuk yang digunakan juga terasa mantap seperti di restoran. Padahal, harga menu di sini masih cukup bersahabat. 

Hal lain yang bikin betah adalah variasi wadai khas Banjar yang lumayan banyak, jadi ada sensasi tersendiri memilih kue satu per satu sambil merasakan vibes kuliner "Banjar" tempo dulu. Rasanya tidak sekadar makan, tapi juga nostalgia dalam balutan yang lebih modern.

Soal rasa, Waroeng Bandjar bagiku tidak mengecewakan lah. Kuah soto terasa ringan tapi berisi, nasi masak habang benar-benar menggugah, dan camilan tradisionalnya sukses jadi teman ngobrol santai. Pelayanan juga patut diapresiasi, para pramusajinya ramah dan murah senyum, sehingga suasana makan lebih hangat dan bersahabat.

Di bagian dinding belakang etalase makanan, juga tertempel sebuah figura foto besar seorang ulama dari Kalimantan. Waroeng Bandjar di Jalan Cendana ini buka dari pagi hingga pukul empat sore. Jadi kalau ingin menikmati cita rasa khas Banjar di sini, pastikan datang sebelum malam hari. 

Tempat ini menurutku sih ya, seakan ingin menegaskan bahwa kuliner tradisional tidak harus selalu disajikan di tempat sederhana. Tradisi bisa tetap hidup, bahkan tampil elegan, tanpa kehilangan jati dirinya. 


close
pop up banner